Merinding pagi ini membaca salah satu status Bapak Rektor ITS tentang perjuangan teman-teman Teknik Mesin yang sedang berjuang di London membawa mobil kebanggaan mereka. Sapu angin.
Beberapa hari yang lalu, Sapu angin yang akan mengikuti turnamen di London terbakar ketika sampai.
Berikut adalah beritanya : http://regional.liputan6.com/read/2541789/terbakar-mobil-sapu-angin-its-batal-melaju-di-london
Namun, dengan semangat kegigihan, Sapu Angin dirakit ulang. Berikut sekilas status dari Bapak Joni Hermana, Rektor ITS.
Tribut untuk Tim Sapuangin XI ITS:
Bangkit melawan ketidakmungkinan
Belum pernah saya merasa bangga dan berharubiru yang sedahsyat ini. Hanya beberapa hari lepas, saya mendapat laporan tentang terbakarnya mobil Sapuangin XI yang baru saja tiba di london utk mengikuti Shell Eco Marathon (SEM) The World Drivers Championship yang baru pertama kali diadakan untuk mempertemukan juara-juara lomba mobil hemat bahan bakar se-dunia di Inggris.
Dalam hal ini Tim Sapuangun ITS berstatus sebagai juara Asia Pasific, sehingga datang disana tidak hanya sekedar mewakili Indonesia. Betapa remuk redam perasaan Tim mahasiswa ITS yang tiba di lokasi lomba dihadapkan pada kenyataan bahwa mobil lomba kebanggaan mereka telah hangus menjadi abu hampir disemua bagiannya. Beberapa anggota Tim langsung tidak mampu menahan tangisnya, sebagian hanya terbelalak tak percaya, betapa bayangan cita-cita yang tinggal selangkah lagi, dibawa sejak dari Surabaya musnah begitu saja. Seakan ada kekuatan besar yang merengut harapan bangsa kita ini untuk berjaya. Ya Allah cobaan apalagi yang harus mereka hadapi dalam keadaan berpuasa tak kurang dari 19 jam di Inggris sana.
Kabar dari panitya, mobil terbakar yang masih ada dalam peti kemasnya tidak boleh dibongkar karena masih dalam status penyelidikan. Hanya approval dari Fire department lah yang akan memberi clearance apakah mobil tersebut dapat dikeluarkan ataukah tidak. Belum selesai sampai disitu, panitia lomba pun sudah menetapkan bahwa Tim ITS tidak dapat mengikuti lomba karena kerusakan parah yang dialami. Sirnalah sudah semua impian yang sudah dipelupuk mata mereka selama ini, berjuang dan berlatih sekian lama untuk sampai berada di tempat yang sangat bergengsi ini.
Hampir semua anggota Tim mengalami down saat mengadapi bencana itu. Entah apa penyebabnya, mengapa kendaraan yang sudah sedemikian hati-hatinya dikemas bisa terbakar, padahal mengirim mobil lomba ke LN sudah merupakan suatu hal yang biasa. Bahkan terakhir kali ketika mengirimkannya ke dan dari Manila, Philiphine, saat mengikuti Lomba SEM tingkat Asia Pasific, juga semua berjalan lancar adanya..
Disaat seolah semua harapan sudah terhapus, para anggota Tim berusaha bangkit untuk bisa melakukan sesuatu sehingga mereka tidak sekedar hanya jadi penonton di negara orang, melihat teman-temannya dari universitas lain, utusan dari Eropa dan Amerika berlomba. Beberapa anggota Tim yang berjumlah total 8 orang berusaha membangun kembali harapan, apalagi pak Wi dosen pemimbing yang menyertai mereka terus memberi semangat untuk tidak menyerah. Faktanya kemudian adalah bahwa sesungguhnya Pak Wi sudah diberitahu panitia bahwa ITS sudah final tidak diperkenankan mengikuti lomba dengan alasan mobilnya rusak dan tidak mungkin diperbaiki lagi.
Mulailah Tim berusaha melakukan pendekatan dan komunikasi dengan berbagai pihak, termasuk para Petinggi Ecoshell di Indonesia dan Asia. Sejauh ini mereka sangat mendukung untuk memberi kesempatan kepada Tim agar dapat membangun kembali mobil lomba dalam 2 hari yang tersisa! Gagasan yang gila, namun apapun komentar orang, tidak mampu membendung semangat perjuangan arek-arek ITS yang di dalam darahnya terwarisi semangat perjuangan Pahlawan Sepuluh Nopember!
Namun kendalanya adalah Pantia SEM Eropa sebagai penyelenggara tidak mengijinkan Tim ITS untuk membongkar peti dan mengeluarkan mobilnya. Lagipula mereka tidak yakin atas keselamatan bahan material terbakar yang digunakan sebelumnya, karena diduga mengandung bahan B3 sehingga dikhawatirkan akan membahayakan. Hanya inspeksi dari pejabat yang berwenanglah yang akan dapat memberikan pembenaran apakah peti dapat dibongkar dan mobil dapat dikeluarkan ataukah tidak.
Karena regulasi disana sangat ketat, mau tidak mau anggota Tim harus sabar menunggu. Namun yang membuat kagum adalah semangat mereka yang pantang menyerah. Alih-alih duduk diam, mereka mulai membuat desain konstruksi mobil baru dan mulai dari nol dengan membeli beberapa komponen baru seadanya serta menggunakan peralatan yang juga seadanya. Benar-benar kerajinan tangan..demikian Pak Wi berkomentar.
Harapan mereka, apabila mereka diijinkan membongkar mobil yang terbakar, mereka masih dapat memanfaatkan kembali mesin dan bagian belakang kendaraan yg nyaris masih utuh kecuali sistem pengkabelan yang hangus. Mulailah tim bekerja di tengah udara yang relatif masih dingin, dan terus bekerja tak kurang dari 17 jam. Mereka konsentrasi penuh, lupa kalau mereka sedang berpuasa, bahkan kemudian mereka ‘dipaksa’ harus berhenti pukul 23 malam karena paddock sudah dimatikan lampunya dan tentu saja tidak mungkin mereka bekerja dalam gelap.
Tim terpaksa harus istirahat sambil terus berdiskusi dan berpikir tentang bagaimana mengganti bagian-bagian yang diperkirakan sudah musnah termasuk ban yang meleleh seluruhnya. Adanya nomor punggung mobil di paddock Tim ITS yang diberikan panitia yaitu no.902 (artinya diunggulkan/seeded no. 2) membuat mimpi mereka untuk ikut bertarung tambah menggebu even at any cost they have to face….
Pak Wi sebagai pembimbing terus berusaha melobby sana sini termasuk mengontak ITS meminta untuk dibantu menghubungi KBRI London untuk dapat ikut meyakinkan panitya agar ITS diijinkan mengambil sebagian peralatan mobil Sapuangin yang masih tersisa dan diperbolehkan ikut kualifikasi menjadi peserta lomba kembali. Belum ada repons positif sih dari KBRI namun anggota Tim tidak cengeng. Sementara sebagian anggota Tim Sapuangin terus bekerja marathon dan berusaha mengganti bagian depan mobil dengan alumunium. Seadanya memang, tidak streamline dan juga lebih berat bobotnya dari bahan semula yang berbahan karbon fiber, tapi apa boleh buat, tidak ada kayu rotanpun berguna, setidaknya akan memenuhi kriteria teknis agar dapat diijinkan untuk berlomba.
Pada akhirnya, melihat kegigihan anggota Tim yang militan luar biasa, panitia akhirnya membolehkan Tim untuk mengambil bagian-bagian yang masih bisa digunakan kembali termasuk blok mesinnya yang alhamdulillah tidak terbakar. Tim langsung sudah sangat-sangat lelah sebenarnya namun tidak dirasakan karena bayangan untuk meraih kesempatan berlomba jauh lebih menjanjikan. Lebih jauh juga, hanya beberapa jam saja tersisa untuk diperiksa oleh Race Inspector tentang kelayakan mobil untuk lolos mengikuti lomba.
Dari masukan pra inspeksi ternyata ada bagian yg masih harus dilengkapi dan juga ada bagian yang belum berfungi, diantaranya adalah wiper. Mencari beberapa komponen yang masih kurang, apalagi di negeri orang yang antah berantah sungguh merupakan suatu hal yg sangat menguras energi Tim sampai pada limit kesabaran yang mereka punyai. Walaupun begitu, pertolongan selalu datang tepat pada waktunya, seorang alumni mesin ITS yang berdomisili di London lantas saja memberi bantuan untuk mengatasi hal ini, termasuk memberi ban baru untuk mobil Sapuangin.
Akhirnya mobil yang dibangun hanya dalam 2 hari tegak berdiri, rasa haru menyeruak seluruh anggota Tim termasuk para civitas academica ITS dan alumni di tanah air yang terus berusaha memonitor perkembangan tiap detik dengan memberi dukungan moril maupun materil. Walaupun begitu, perasaan harap-harap cemas masih menghantui Tim Sapuangin ITS. Pertanyaan besarnya adalah bisakah mobil dadakan ini lolos inspeksi sehingga diijinkan ikut lomba? Sungguh momen yang sangat menegangkan….
Waktu terasa berjalan sangat lambat ketika pantia inspeksi datang menghampiri mobil Sapuangin edisi baru ini. Dengan teliti satu persatu bagian mereka periksa, diamati dan ditest, sementara anggota Tim diam menunggu dan menahan napas… Alhamdulillah 2 stiker menempel di badan mobil artinya lulus test.
Saat penulisan tribut ini, di Queen Park London, mobil Sapuangin kebanggaan Arek-arek ITS sudah berlari mengitari circuit dengan tingkat penghematan 183 km/l. Masih dibawah dari own recordnya yang 225 km/l. Tapi data ini masih cukup chalenging untuk menjadi juara. Semoga Tim tetap fokus dan tetap tawadhu alias rendah hati, sebab segala sesuatu itu terjadi hanya karena atas ijin dan kehendakNYA. Sertai terus perjuanganmu dengan doa, dan doa terbaik adalah doa ibu..seperti slogan yang tertempel di kaca depan dashboard mobil Sapuanginmu.
Selamat berjuang..kalian sudah menjadi pahlawan bangsa!
With prays and courage.
JH – Rektor ITS
Terlepas dari apa yang akan terjadi nantinya. Semangat yang perlu diacungi jempol. Sangat bangga pernah menjadi bagian dari ITS. Vivat!!
Foto : Dokumentasi ITS
I value the blog. Really Great.
thanks!!
Awesome post.Really thank you! Much obliged.
Thanks for sharing, this is a fantastic blog article.Thanks Again. Awesome.