Tanggal 20 November 2018 kemarin saya naik pesawat dari Surabaya ke Bandung dengan nomor penerbangan QG824 pukul 14.20. Hari itu adalah hari ketiga pasca hari pernikahan kami yang bertepatan pada tanggal 17 November.
Homebase Saya dan Istri memang Bandung. Karena sudah selesai acara di Surabaya, maka saya dan istri ke Bandung saja.
Cuaca di Surabaya saat itu cukup panas meskipun ada awan. Kami lepas landas dengan lancar.
Mendekati Pangandaran, dilaporkan sedang ada cuaca buruk dan penumpang dihimbau menggunakan sabuk pengaman. Saya pikir ini hal biasa. Karena saya sering mengalami demikian dan aman-aman saja.
Tapi selang beberapa menit, guncangan jadi semakin keras. Rasanya seperti naik roller coaster. Naik…. turun… dan temponya sangat cepat. Dan mulai saat itu, keringat dingin saya mulai keluar.
Pramugari dengan nada tinggi memperingatkan kami untuk mengencangkan sabuk pengaman.
“Bapak dan Ibu yang terhormat kita saat ini dalam cuaca yang kurang bagus. Dihimbau bagi seluruh penumpang untuk mengencangkan sabuk pengaman”.
Kurang lebih seperti itu. Saya yang duduknya di tengah di samping istri, rasanya udah gak karuan. Saya pegang tangan istri erat-erat.
Apalagi masih teringat jelas memori JT610 yang baru saja hilang kontak. Rasanya hati ini udah ketar-ketir.
Kalo pernah nonton scene nya Harry Potter yang diantar sama Order of Phoenix melawan pelahap maut di Harry Potter the Deadly Hallows 2, kira-kira rasanya kaya gitu. Jadi kami melewati awan-awan naik turun. Terus ada seperti kilat yang menyambar-nyambar di kanan kiri.
Pesawat rasanya bermanuver terus hindarin awan biar gak guncangan terus. Rasanya bener-bener kaya naik Roller Coaster sih. Tapi diakui ini lebih seram.
Rasanya pengen banget nyemangatin pilotnya biar semua baik-baik saja.
Orang-orang di samping depan belakang udah nyebut, komat-kamit dan berdoa sambil minta ampun.
“Astaghfirullah Hal Adzim!!”
Ya meskipun gak kaya di film ya. Tapi lumayan kenceng juga.
Gak lama kemudian, semuanya mereda. Matahari udah kelihatan. Meskipun belum mendarat, kami cukup bisa menarik nafas. Setelah itu, kami harus berputar-putar sekitar 20 menit di atas langit majalengka karena kondisi cuaca Bandara Husein Sastranegara masih buruk.
Gak lama kemudian, kami menuju Bandung dan turun perlahan. Masih ada guncangan-guncangan tapi alhamdulillah gak sebesar tadi. Meskipun sama-sama bikin hati was was.
Setelah mendarat, seperti biasa, Citilink langsung pantun.
Gatotkaca kekuatannya luar biasa
Siapa melawan, pasti akan binasa.
Maskapai Citilink bukan maskapai Biasa
Sampai mendaratpun gak berasa
Sontak seluruh penumpang tepuk tangan. Saya juga hehe.
Itu mungkin pendaratan ter-LEGA selama saya naik pesawat. Dan semoga gak lagi-lagi deh.
Pak Pilot pun ikut keluar sambil nyapa penumpang yang turun. Penumpang pada bilang makasih. Ada juga yang nanya, “Tadi kenapa pak?” Pak Pilot pun menjawab “Cuacanya buruk euy”. Sambil senyum.
Okeh sekian cerita dari saya. Entah ini namanya Turbulensi atau nggak ya. Yang jelas ini guncangan terparah saya ketika naik pesawat terbang.
Sumber gambar : Web Citilink.