Assalamualaikum wr wb
Lebaran kali ini agak berbeda. Karena saya pertama kali lebaran tanpa orang tua. Tapi dengan istri dan mertua. Di Bandung.
Betul. Istri memang sedang hamil besar dan sedang sakit kemarin. Tak mungkin ia pergi naik pesawat. Akhirnya saya yang di Bandung.
Untuk pertama kalinya saya makan opor di hari raya. Ibu mertua masak ketupat dan opor. Untuk pertama kali juga bagi mereka katanya.
Tapi tetap, malamnya saya terbang ke Surabaya lanjut ke Mojokerto. Untuk bertemu orang tua. Melepas rindu. Mudik.
Pesawat yang saya tumpangi luar biasa. Bandung ke Surabaya hanya 50 menit. Perjalanan tercepat saya dengan jarak yang sama.
Lebaran kali ini juga untuk pertama kalinya saya naik bus jurusan Surabaya Mojokerto. Bergumul dengan keramaian. Namun akhirnya saya naik bus pariwisata. Memang lebih mahal harganya. Tapi setidaknya saya lebih cepat pulang ke rumah. Ketimbang berebut kursi dengan penumpang lain dengan bus reguler. Yang bayangannya pun belum juga hadir.
Sampai Mojokerto jam 10 malam.
Esoknya kami sekeluarga besar pergi ke Tuban. Ajang silaturahmi sekaligus bertamasya.
Kami ke Pantai Kelapa.
Ini juga pertama kalinya. Airnya tak jauh beda dengan di Surabaya. Coklat. Anehnya pantai ini sangat ramai.
“Ramene rek”
“Iyo Rame. Lek pengen sepi yo pas posoan ae rene”
Mungkin ide yang bagus. Tapi juga ide yang buruk. Bukannya refreshing, malah haus.
Esoknya pun kami kembali ke Surabaya.
Hari senin tak terasa sudah tiba. Saya harus kembali ke perantauan. Mangais rupiah di kota orang. Benar, ketika di rumah, waktu terasa sangat cepat.
Dan merantau, membuat rumah serasa lebih “rumah”.